Senin, 30 Januari 2012

Terapi Somatik



Pengertian
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.

Jenis terapi somatik pd klien gangg. jiwa antara lain:
a. Pengikatan
b. Isolasi
c. Terapi Kejang Listrik
d. Fototerapi
e. Terapi deprivasi tidur

PENGEKANGAN FISIK
Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan me­kanik, seperti manset utk pergelangan tangan & pergelang­an kaki, serta seperai pengekang, begitu pula isolasi, yaitu dengan menempatkan pasien dlm suatu ruangan dimana dia tdk dpt keluar atas kemauannya sendiri.

Pengekangan Mekanik
Jenis pengekangan mekanik adalah:
(1) camisoles (jaket pengekang)
(2) pengekang dgn manset utk pergelangan tangan



(3)pengekangan dgn manset untuk pergelangan kaki.
(4) pengekangan dengan seprei.


Indikasi Pengekangan
Indikasi pengekangan yaitu:
l.   Perilaku amuk
2.  Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
3. Ancaman terhadap infegritas fisik
4.  Permintaan pasien utk pengendalian perilaku ekster­nal
Pengekangan dengan Seprei Basah dan Dingin
Pasien dpt diimobilisasi dgn membalutnya seperti mummi dalam lapisan seprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas seprei yg telah direndam dalam air es. Walaupun mula­-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan me­nenangkan.
Isolasi
Isolasi adalah menempatkan pasien dlm suatu ruang di mana dia tdk dpt keluar dari ruangan tersebut sesuai kehen­daknya. Tingkatan pengisolasian dpt berkisar dari penempat­an dalam ruangan yg tertutup, tapi tdk terkunci sampai pa­da penempatan dlm ruang terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yg dibatasi, & pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal kurang dpt diterima & hanya di­gunakan untuk melindungi pasien aiau orang lain.



Indikasi penggunaan:
1. Pengendalian perilaku amuk yang potensial mem­bahayakan pasien atau orang lain dan tidak dapat di­kendalikan oleh orang lain dengan intervensi pe­ngekangan yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan
2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien.
Kontraindikasi adalah:
1.   Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik
2.   Risiko tinggi untuk bunuh diri
3.   Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
4.  Hukuman.
TERAPI ELEKTROKONVULSIF
Terapi elektrokonvulsif (ECT) adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal secara artifisial dengan melewatkan aliran lintrik melalui elektorode yang dipasang pada satu atau dua "temples." Jumlah tindakan yang dilakukan me­rupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien tergantung ; pada masalah pasien dan respons terapeutik sesuai hasil peng­kajian selama tindakan. Rentang jumlah yang paling umum dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif antara enam sampai 12 kali, sedangkan pada pasien skizofrenia biasa­nya diberikan sampai 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih jarang atau lebih sering.


Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT. Kondisi­kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah:
a. Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
b. Kehatnilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
c. Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.
d. Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
e. Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.
Indikasi penggunaan adalah:
1.     Penyakit depresi berat yang tidak berespons terhadap obat antidepresan atau pada pasien yang tidak dapat menggunakan obat
2.   Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak beres­pons lagi terhadap obat
3.     Pasien dengan buttuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk dapat mencapai efek tera­peutik
4.  Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek terapi  pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok janiung, dan selama ke­hamilan





Foto Terapi
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari.
Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan. Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.
A. Indikasi :
Fototerapi dpt menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerus yg bisa mencetuskan depresi pd beberapa org.



B. Mekanisme Kerja :
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap terang pd kondisi biologis. Dgn adanya cahaya terang terpapar pd mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yg berperanan pd depresi.
C. Efek Samping :
Kebanyakan efek samping yg terjadi meliputi ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari hidung dan sinus.
Terapi Deprivasi Tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kpd klien degn cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
A. Indikasi : Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
B. Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.
C. Efek Samping :
Klien yg didiagnosa mengalami gang. efektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dpt mengalami gejala mania.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar